Apa Kerja Rodi? Apa yang Melatarbelakangi dan Apa Dampaknya
bimbeljogja.com – Jika mengingat sejarah bangsa Indonesia, dulu bangsa kita mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan. Ya, bangsa kita telah dijajah selama ratusan tahun oleh Belanda. Salah satu kebijakan yang diterapkan oleh Belanda pada saat itu adalah kebijakan kerja paksa atau yang dikenal dengan Kerja Rodi. Artikel ini akan membahas khusus mengenai kerja Rodi dan apa yang melatarbelakangi kebijakan tersebut, selain itu juga dampak-dampak yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut. Untuk lebih memahaminya, simak artikel ini sampai habis.
Table of Contents
ToggleApa yang Dimaksud Kerja Rodi?
Kerja Rodi adalah sistem kerja paksa yang dilakukan oleh pemerintah Kolonial Belanda kepada pemerintah Indonesia. Sistem tanam paksa ini terjadi pada abad ke 19 sampai abad ke 20. Pemerintah Kolonial Belanda pada masa itu memaksa rakyat Indonesia untuk bekerja di di proyek-proyek infrastruktur seperti pembangunan rel kereta api, pembangunan jembatan dan jalan, bendungan, dan lain-lain tanpa diberikan upah yang layak.
Sejarah Kerja Rodi
Pada tahun1808, Herman Williem Daendels diberikan tugas untuk menjadi Gubernur Jenderal di Hindia Belanda tugas ini diberikan oleh Louis Napoleon seorang pemimpin Perancis yang pada saat itu berhasil menjadikan Belanda di bawah kekuasaan Perancis. Jabatan ini merupakan jabatan tertinggi di pemerintahan Hindia Belanda. Dengan jabatannya ia diberikan wewenang untuk memerintah dan mempertahankan Pulau Jawa dari Inggris.
Jabatan ini adalah beban bagi Daendels karena saat itu Inggris berhasil mengambil alih kekuasaan VOC di Ambon, Sumatera, dan Banda. Beban tersebut menjadikan Dandels memberlakukan sebuah sistem kerja paksa dengan nama Kerja Rodi. Sistem kerja paksa ini dimaksudkan untuk menggerakkan rakyat Hindia Belanda untuk bekerja di bawah kepentingan pemerintahan kolonial.
Kepentingan pemerintahan kolonial waktu itu adalah mempertahankan keamanan dan pertahanan serta administratif dengan cara membangun Infrastruktr. Pembangunan infrastruktur berupa benteng-benteng pertahanan baru, membangun pangkalan angkatan laut, dan infrastruktur lainnya seperti jalan, jembatan, bendungan dan masih banyak lagi.
Salah satu pembangunan infrastruktur yang terkenal dengan sistem Kerja Rodi adalah pembangunan jalan raya dari Anyer di ujung barat Pulau Jawa hingga ke Panarukan di ujung timur Pulau Jawa. Jalan raya ini diberikan nama Groot Postweg dan panjangnya mencapai 1.000 km.
Kerja paksa ini melibatkan pada budak, yaitu mereka yang telah melakukan pelanggaran atau tidak pidana dan dihukum. Para budak ini bekerja dengan rantai yang terpasang di kaki mereka. Selain itu, sitem kerja paksa ini juga diterapkan untuk rakyat Hindia Belanda sebagai kerja wajib. Kerja wajib ini masih memberlakukan batas-batas waktu tertentu untuk jam kerja. Kerja Rodi ini setidaknya menelan korban sebanyak 30.000 orang yang tewas karena kebijakan tersebut.
Isu Tentang Korupsi
Ada isu-isu yang pada tahun beakangan muali dibahas. Yaitu isu seputar korupsi pada masa Kerja Rodi. Tentunya sebagai Gubernur Jenderal, Daendels memiliki arsip-arsip penting selama masa pemerintahannya, termasuk arsip mengenai kerja rodi. Namun arsip-arsip ini tidak banyak yang bisa ditemukan. Maka dari itu tidak banyak yang tahu berapa dana yang disiapkan untuk proyek-proyek Kerja Rodi ini.
Menurut sejarawan Djoko Marihandono, Daendeles sebenarnya telah menyiapkan upah sebesar 30.000 Ringgit untuk orang-orang yang bekerja pada masa kerja Rodi, pandangan ini bertolak belakang dengan apa yang diyakini dan diajarkan kepada kita bahwa Kerja Rodi tidak diberikan upah sama sekali. namun upah ini tidak diberikan secara langsung. Upah ini disalurkan melalui residen dan Bupati.
Djoko Marihandono berpendapat bahwa setelah uang sebagai upah ini diberikan kepada Bupati atau residen, uang ini tidak disalurkan ke rakyat Hindia Belanda, namun telah dikorupsi oleh mereka sehingga para pekerja tidak mendapatkan upah seperti yang dipahami sekarang ini. Namun pendapat ini masih diragukan kebenarannya oleh publik.
Pendapat lain mengatakan bahwa pemerintah Hindia Belanda sebenarnya sudah menyiapkan anggaran termasuk untuk memberikan upah. Namun anggaran ini telah habis untuk proyek-proyek pembangunan infrastruktur lainnya, sehingga diakukan sistem kerja paksa.
Yang Melatarbelakangi Sistem Kerja Rodi
Sebenarnya telah disinggung di atas bahwa Kerja Rodi ini dilatarbelakangi oleh kebijakan Herman Williem Daendels untuk mempertahankan Pulau Jawa di bawah kekuasaan Perancis agar tidak direbut oleh Inggris. Selain itu ada beberapa tujuan lain baik di bidang pertahanan maupun bidang ekonomi.
Di bidang pertahanan, Kerja Rodi dimaksudkan untuk membangun sejumlah infrastruktur pertahanan seperti benteng-benteng di Batavia, yang mana Batavia merupakan pusat kekuasaan pemerintahan Kolonial Belanda dan tempat tinggal sebagian besar pejabat pemerintahan. Selain di Batavia, benteng-benteng pertahanan juga dibangun di daerah-daerah lain di Pulau Jawa.
Selain itu pembangunan jalan raya pos Anyer-Panarukan adalah sebagai akses untuk mengirimkan komoditi-komoditi penting seperti padi dan kopi. Jalan raya ini juga dijadikan akses mobilitas bagi pasukan tentara kolonial untuk mengahadapi serangan Inggris.
Selain bidang pertahanan, Kerja Rodi juga dimaksudkan untuk tujuan ekonomi. Pada masa itu diberlakukan sistem tanam paksa atau cultuurstelsel. Sistem ini memaksa rakyat pada masa itu untuk menanam komoditi yang dibutuhkan untuk kepentingan pemerintah kolonia yaitu menanam kopi dan kapas.
Tak hanya itu Pemerintah Kolonial juga melakukan monopoli dengan memaksa rakyat Hindia Belanda untuk menjual hasil bumi mereka pada Pemerintah Kolonial. Mereka juga memaksa untuk membeli tanah milik rakyat dengan harga yang murah.
Dampak Kerja Rodi
Sistem Kerja Rodi memberikan dampak yang sangat signifikan pada rakyat Indonesia atau Hidia Belanda pada masa itu. Sistem ini membawa kesengsaraan hingga banyak memakan korban jiwa. Rakyat yang ikut Rerja Rodi juga tidak jarang menerima siksaan dan perlakuan kasar.
Selain kesengsaraan fisik, rakyat juga mengalami kesengsaraan ekonomi, karena kegiatan ekonomi mereka dikendalikan oleh pemerintah kolonial dengan sistem monopoli dan tanam paksa. Rakyat dipaksa untuk menjual hasil panen mereka dan tentunya Pemerintah Kolonial membelinya dengan harga yang murah.
Akan tetapi juga ada dampak positif dari sistem ini walau tak sebanding dengan kesengsaraan yang ditimbulkan. Dengan adanya pembangunan jalan raya pos Anyer-Panarukan dan beberapa infrastuktur lain, masyarakat jadi dimudahkan. Pembangunan jalan ini dapat menghemat waktu tempuh yang sebelumnya dapat ditempuh dalam waktu satu bulan menjadi hanya 3-4 hari saja.
Selain itu, sistem tanam paksa juga menjadikan para petani mengenal jenis-jenis tanaman baru. Selain itu, mereka juga semakin tahu dan memahami cara mengolah berbagai macam tanaman berdasarkan jenis-jenisnya.
Itulah penjelasan mengenai apa itu Kerja Rodi, latar belakang, serta dampak yang ditimbulkan. Sistem ini berakhir pada tahun 1811 saat Gubernur Jenderal Daendels digantikan oleh Jan Willem Janssens yang pada akhirnya membuat Hindia Belanda jatuh ke tangan Inggris karena kekalahan Prancis melawan Inggris pada Perang Napoleon. Gubernur Jenderal kala itu digantikan oleh Thomas Stamford Raffles yang lebih menekankan pada aspek kebebasan dan kepastian hukum bagi perseorangan, dan menghapuskan sistem kerja paksa.
Jika kamu ingin memahami seputar sejarah lebih mendalam, kamu bisa mengikuti Bimbinga Belajar di Kelas Sore. Kelas Sore adalah lembaga bimbingan belajar dengan program online maupun program offline. Selain itu kelas sore juga memiliki program bimbingan belajar privat untuk kamu yang ingin belajar lebih intensif. Selain itu kelas sore juga memiliki program persiapan tes CPNS dan persiapan SNBT loh. Jadi bergabunglah dengan Kelas Sore dengan cara klik button di bawah ini, dan raih impianmu.
SEO & Content Writter